Muslim telah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri RA. Dia berkata, “ Rasulullah SAW telah bersabda
لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لَا إِلهَ إِلَّا الله
“Ajarilah orang yang akan mati di antara kamu sekalian, ‘Laa ilaaha Illallaah”.(Lihat dalam kitab “Aruuh” karya Ibnul Qoyyim hal 13-16, hadits Muslim ke- 916, At-Tirmidzi ke-76)
Dari Ibnu Abi ad-Dunya menyebutkan dari Zaid bin Aslam, dia berkata, Usman bin Affan Radiyallahu anhu berkata: Bersabda Rasulullla SAW :
“Apabila ada orang yang akan meninggal dunia, maka ajarilah dia mengucapkan, ‘Laa ilaaha Illallah’. Karena sesungguhnya, tidak seorangpun yang di akhir hidupnya dengan kalimat itu akan mati melainkan kalimat itu akan menjadi bekal menuju syurga”.
Umar bin Khattab Radiyallahu Anhu juga menyeru, “Saksikanlah orang-orang yang akan meninggal di antara kamu sekalian, ajari mereka dan ingatkan supaya mengucap, “Laa Ilaaha Illallahu”, karena sesungguhnya mereka melihat apa-apa yang tidak kamu lihat.”
Abu Nu’aim menyebutkan pula sebuah hadits dari Makhul, dari Ismail bin Isysy, dari Abu Mu’adz Utbah bin Hamid, dari Watsilah bin al-Asqa’, dari Nabi SAW bersabda “Saksikanlah orang-orang yang akan mati di antara kamu sekalian, ajari mereka mengucapkan, ‘Laa Ilaaha Illallahu’, dan beri khabar gembira tentang surga. Karena orang yang bijak sekalupun, akan bingung pada saat menghadapi maut. Dan sesungguhnya setan amat dekat dengan menusia pada saat itu. Demi Allah yang menggemgam jiwaku, sesngguhnya melihat Malaikat Maut adalah lebih berat daripada seribu kali sabetan pedang. Dan demi Allah yang menggemgam jiwaku, tidak ada nyawa seorangpun keluar dari dunia ini sebelum tiap-tiap otot tubuhnya merasakan sakit karena upaya melaikat (mencabutnya). ( Lihat kitab Al-Khilyah V/176, Shahih al-Jami’ I/105).
Hukum dan Cara Menalqin
Para ulama kita mengatakan bahwa mengajari orang yang akan mati untuk mengucapkan kalimat tauhid ini merupakan sunnah ma’tsurah (tradisi yang dicontohkan dari Nabi), yang kemudian dilaksanakan oleh kaum muslimin. Tujuan hal itu agar akhir perkataan yang diucapkan si mayit adalah “Laa Ilaaha Illallah”. Demikian diharapkan, hidupnya berakhir dengan kebahagiaan, dan termasuk golongan yang tercakup dalam keumuman sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa akhir perkataanya adalah Laa Ilaaha Illallaah, dia masuk surga" (Abu Dawud hadits ke-3116, Ahmad V/2333-247, ini adalah hadits Shahih sebagaimana termuat dalam kitab Shahih al-Jami’ V/342).
Lain dari itu, orang yang akan meninggal dunia tersebut dapat mengingat bagaimana cara mengusir setan. Karena setan datang dan merusak akidahnya.
Apabila orang yang akan mati itu sudah dapat mengucapkan kalimat tauhid sekali, maka jangan diulangi, supaya dia tidak gelisah atau mengeluh. Para ulama memang tidak suka memperbanyak talqin dan mengulangnya berkali-kali, apabila orang yang akan mati itu telah menerima pengajaran tersebut atau telah memahaminya. Ibnul Mubarrak umpamanya, dia berkata, “Ajarilah orang yang akan meninggal dunia mengucapkan, ‘Laa Iaaha Illallah’. Dan apanila telah mengucapkannya, maka biarkan dia.”
Abu Muhammad Abdul Haq menjelaskan, hal itu karena bila dipaksakan, orang yang akan mati itu justru gelisah dan mengeluh, lau setan menjadikannya berat untuk mengucapkan kalimat tauhid, dan menyebabkan su’ul khatimah.
Demikian pula yang dianjurkan oleh Ibnul Mubarrak. Kata al-Hasan bin Isa, Ibnu Mubarrak pernah berkata kepadaku, “Ajarilah aku mengucapkan syahadat, dan jangan ulangi, kecuali jika aku mengucapkan perkataan lain”.
Berkatalah Abu Zur’ah, meski dalam keadaan naza’(dicabut nyawanya), telah bercerita kepada kami, Abu Ashim, dari Abdul Hamid bin Ja’far, dari Shahih bin Abu Gharib, dari Katsir bin Murrah al-Hadhrami, dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata, Sabda Rasulullah SAW, “Baransiapa akhir perkataannya ‘Laa Ilaaha Illallah”, maka dia masuk surga”.
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Saya telah mendengar Rasulullah Muhammada SAW bersabda, “Malaikat Maut datang kepada seorang laki-laki, “Nabi melanjutkan, “Lalu Malaikat Maut itu memeriksa ke dalam hati orang itu, maka tidak ditemukan apa-apa di sana. Lalu dia buka kedua rahang orang itu, maka didapati lidahnya menempel pada langit-langit mulutnya. Rupanya orang itu sedang mengucapkan, ‘Laa Ilaaha Illallah’. Maka diampunilah dia berkat kalimat ikhlas itu’. (Lihat dalam kitab Syarkhis Shudur hal 33, hadits ini dhaif sebagaimana dimuat dalam kitab Dhaif al-Jami’ ke 2725 dan Adh-Dhaifah ke 250 karya al-Albani Rahimahullah). Wallahu A’lam.
Dari Ibnu Abi ad-Dunya menyebutkan dari Zaid bin Aslam, dia berkata, Usman bin Affan Radiyallahu anhu berkata: Bersabda Rasulullla SAW :
“Apabila ada orang yang akan meninggal dunia, maka ajarilah dia mengucapkan, ‘Laa ilaaha Illallah’. Karena sesungguhnya, tidak seorangpun yang di akhir hidupnya dengan kalimat itu akan mati melainkan kalimat itu akan menjadi bekal menuju syurga”.
Umar bin Khattab Radiyallahu Anhu juga menyeru, “Saksikanlah orang-orang yang akan meninggal di antara kamu sekalian, ajari mereka dan ingatkan supaya mengucap, “Laa Ilaaha Illallahu”, karena sesungguhnya mereka melihat apa-apa yang tidak kamu lihat.”
Abu Nu’aim menyebutkan pula sebuah hadits dari Makhul, dari Ismail bin Isysy, dari Abu Mu’adz Utbah bin Hamid, dari Watsilah bin al-Asqa’, dari Nabi SAW bersabda “Saksikanlah orang-orang yang akan mati di antara kamu sekalian, ajari mereka mengucapkan, ‘Laa Ilaaha Illallahu’, dan beri khabar gembira tentang surga. Karena orang yang bijak sekalupun, akan bingung pada saat menghadapi maut. Dan sesungguhnya setan amat dekat dengan menusia pada saat itu. Demi Allah yang menggemgam jiwaku, sesngguhnya melihat Malaikat Maut adalah lebih berat daripada seribu kali sabetan pedang. Dan demi Allah yang menggemgam jiwaku, tidak ada nyawa seorangpun keluar dari dunia ini sebelum tiap-tiap otot tubuhnya merasakan sakit karena upaya melaikat (mencabutnya). ( Lihat kitab Al-Khilyah V/176, Shahih al-Jami’ I/105).
Hukum dan Cara Menalqin
Para ulama kita mengatakan bahwa mengajari orang yang akan mati untuk mengucapkan kalimat tauhid ini merupakan sunnah ma’tsurah (tradisi yang dicontohkan dari Nabi), yang kemudian dilaksanakan oleh kaum muslimin. Tujuan hal itu agar akhir perkataan yang diucapkan si mayit adalah “Laa Ilaaha Illallah”. Demikian diharapkan, hidupnya berakhir dengan kebahagiaan, dan termasuk golongan yang tercakup dalam keumuman sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa akhir perkataanya adalah Laa Ilaaha Illallaah, dia masuk surga" (Abu Dawud hadits ke-3116, Ahmad V/2333-247, ini adalah hadits Shahih sebagaimana termuat dalam kitab Shahih al-Jami’ V/342).
Lain dari itu, orang yang akan meninggal dunia tersebut dapat mengingat bagaimana cara mengusir setan. Karena setan datang dan merusak akidahnya.
Apabila orang yang akan mati itu sudah dapat mengucapkan kalimat tauhid sekali, maka jangan diulangi, supaya dia tidak gelisah atau mengeluh. Para ulama memang tidak suka memperbanyak talqin dan mengulangnya berkali-kali, apabila orang yang akan mati itu telah menerima pengajaran tersebut atau telah memahaminya. Ibnul Mubarrak umpamanya, dia berkata, “Ajarilah orang yang akan meninggal dunia mengucapkan, ‘Laa Iaaha Illallah’. Dan apanila telah mengucapkannya, maka biarkan dia.”
Abu Muhammad Abdul Haq menjelaskan, hal itu karena bila dipaksakan, orang yang akan mati itu justru gelisah dan mengeluh, lau setan menjadikannya berat untuk mengucapkan kalimat tauhid, dan menyebabkan su’ul khatimah.
Demikian pula yang dianjurkan oleh Ibnul Mubarrak. Kata al-Hasan bin Isa, Ibnu Mubarrak pernah berkata kepadaku, “Ajarilah aku mengucapkan syahadat, dan jangan ulangi, kecuali jika aku mengucapkan perkataan lain”.
Berkatalah Abu Zur’ah, meski dalam keadaan naza’(dicabut nyawanya), telah bercerita kepada kami, Abu Ashim, dari Abdul Hamid bin Ja’far, dari Shahih bin Abu Gharib, dari Katsir bin Murrah al-Hadhrami, dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata, Sabda Rasulullah SAW, “Baransiapa akhir perkataannya ‘Laa Ilaaha Illallah”, maka dia masuk surga”.
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Saya telah mendengar Rasulullah Muhammada SAW bersabda, “Malaikat Maut datang kepada seorang laki-laki, “Nabi melanjutkan, “Lalu Malaikat Maut itu memeriksa ke dalam hati orang itu, maka tidak ditemukan apa-apa di sana. Lalu dia buka kedua rahang orang itu, maka didapati lidahnya menempel pada langit-langit mulutnya. Rupanya orang itu sedang mengucapkan, ‘Laa Ilaaha Illallah’. Maka diampunilah dia berkat kalimat ikhlas itu’. (Lihat dalam kitab Syarkhis Shudur hal 33, hadits ini dhaif sebagaimana dimuat dalam kitab Dhaif al-Jami’ ke 2725 dan Adh-Dhaifah ke 250 karya al-Albani Rahimahullah). Wallahu A’lam.
Oleh : Nur Rokhman (MAN Purwoasri Kediri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar