
Feature adalah karangan khas (non fiksi) berisi cerita dibalik berita. Fakta dan data yang dituangkan dalam feature sama dengan yang diisyaratkan pada penulisan berita, bahkan jauh lebih lengkap, lebih segar dan up to date. Menulis feature jauh lebih sulit dan pelik daripada menulis berita, karena memerlukan keahlian khusus disamping keahlian pokok sebagai wartawan atau reporter.
Definisi yang tepat tentang feature agak sulit, tetapi tulisan yang disertai nama penulisnya dapat dikategorikan feature antara lain tajuk rencana, artikel, kritik, kolom atau resensi. Menurut Rosihan Anwar, belum ada istilah yang tepat dalam Bahasa Indonesia untuk kata-kata feature. Menurut kamus, feature atau features berarti wajah atau raut muka, tetapi bisa juga berarti corak atau yang mencirikan atau yang menyenangkan.
Wooliam L. Rievers menulis “Kita mempunyai kisah atau fakta yang telanjang, dan itu kita sebut sebagai berita. Disamping itu kita jumpai lagi tajuk rencana, kolom, dan tinjauan yang kita sebut artikel atau opinion peaces. Nah sisa yang terdapat dalam lembaran koran itulah yang kita sebut features.
Mc Kinney (wartawan Denver Post, USA) mengatakan Feature adalah tulisan yang berada diluar tulisan yang bersifat berita langsung (straight news), dimana ketentuan persyaratan lima W dan satu H dapat diabaikan.
Wolseley dan Champbell dalam bukunya Eksploring Journalism memasukkan feature ke dalam koran sebagai intertainment (hiburan) koran itu. Ia mengiaskan feature sebagai bumbu penyedap tetapi bukan merupakan kalori utama. Ini sangat penting, karena selain berfungsi memberi informasi dan mendidik, media massa juga berfungsi menghibur pembacanya.
Drs. Dja’far Asegap wartawan dan dosen UI menyimpulkan:
1. Penulisan feature tidak tunduk pada teknik penulisan berita, penyajiannya tidak disyaratkan memenuhi unsur 5W plus 1H;
2. Feature merupakan tulisan dalam surat kabar/majalah yang sifatnya ringan dan memberi hiburan;
3. Bedanya dengan berita, feature tak tergantung waktu dan tak bisa cepat basi;
Cara Menulis
Jika dalam gaya penulisan berita menggunakan pyramida terbalik, maka dalam feature, lead (intro), tubuh dan kunci merupakan kotak empat persegi panjang. Penulisanya diusahakan dari kata per kata, kalimat per kalimat serta alinia per alinia selalu memikat menuju pada klimaks dan anti klimaks.
Usahakan statistiknya bergaya enak, lancar dan luwes seperti pada penulisan novel atau cerpen. Bedanya dengan cerpen atau novel, materi dalam feature adalah faktual dan bukan fiktif. Penggunaan bahasanya tak terlalu obral bunga kata sebagaimana tulisan fiktif, tetapi tetap bersahaja, sederhana dan mudah dipahami. Dalam beberapa hal yang eksklusif bisa saja ,mengggunakan bahasa prokam atau bahasa popular tetapi harus bisa menempatkannya dalam teknik penulisan yang benar. Kecuali jika merupakan kutipan langsung omongan seseorang (quotation).
Pembuatan judul perlu diperhatikan sebab judul yang unik dan menarik akan merangsang pembaca untuk meneruskan pada tubuh features. Perhatikan juga pembuatan lead (intro) sebab dengan intro yang memikat orang tak terlalu menggronjal memasuki tubuh feature. Jika materi feature terlalu berat gunakan intro yang ringan, sebaliknya jika isinya ringan cari intro yang pelik dan serius.
Isi dan tubuh featrure penulisannya harus mengikuti sistem blok, subtiteling (sub chapter) dan dari alinia ke alinia berikutnya harus menggambarkan kerangka pikiran yang runtut (sistematis) dan berkesinambungan (continuity) serta diselingi klimaks dan antiklimaks agar memikat pembacanya. Alur pikiran yang ditawarkan harus lancar, tak tersendat-sendat, sehingga tak merasa sambil guyon parikeno pembaca kita giring ke arah klimaks yang kita kehendaki.
Jangan lupa dalam membuat penutup atau kuncinya cari kalimat yang khas dan menyimpul, tetapi bisa juga dibuat akhir yang menggantung. Suatu ending yang tanpa akhir sehingga menggelitik pembaca menjadi penasaran tapi puas setelahnya. Ushakan setelah membaca akhir tulisan feature, pembaca merespon dengan reaksi apakah dia menjadi manggut-manggut, geleng kepala atau bangkit sambil menyumpah serapah. Penutup yang isinya kesimpulan atau sumary ending, ini sudah tak lucu lagi karena berkesan menggurui pembacanya. Tulisan semacam ini dianggap telah menyita hak refleks dari pembaca dalam mengomentari tulisan feature. Setiap orang tak mau digurui apalagi kelangan intelektual.
Jenis Feature
1. Sketsa human interest, yakni sketsa kejadian sehari-hari yang menarik perhatian;
2. Sketsa kehidupan orang-orang yang menarik (personality features);
3. Sketsa tentang cerita dibalik berita. Mengapa orang Samin tak mau ikut pemilu?
4. Interpretatife features, feature yang mengupas dan membahas sesuatu yang sedang aktual yang terjadi di masyarakat saat itu. Misalnya soal larangan berjilbab;
5. Sketsa perjalanan atau reportase.
Mc Kinney (wartawan Denver Post, USA) mengatakan Feature adalah tulisan yang berada diluar tulisan yang bersifat berita langsung (straight news), dimana ketentuan persyaratan lima W dan satu H dapat diabaikan.
Wolseley dan Champbell dalam bukunya Eksploring Journalism memasukkan feature ke dalam koran sebagai intertainment (hiburan) koran itu. Ia mengiaskan feature sebagai bumbu penyedap tetapi bukan merupakan kalori utama. Ini sangat penting, karena selain berfungsi memberi informasi dan mendidik, media massa juga berfungsi menghibur pembacanya.
Drs. Dja’far Asegap wartawan dan dosen UI menyimpulkan:
1. Penulisan feature tidak tunduk pada teknik penulisan berita, penyajiannya tidak disyaratkan memenuhi unsur 5W plus 1H;
2. Feature merupakan tulisan dalam surat kabar/majalah yang sifatnya ringan dan memberi hiburan;
3. Bedanya dengan berita, feature tak tergantung waktu dan tak bisa cepat basi;
Cara Menulis
Jika dalam gaya penulisan berita menggunakan pyramida terbalik, maka dalam feature, lead (intro), tubuh dan kunci merupakan kotak empat persegi panjang. Penulisanya diusahakan dari kata per kata, kalimat per kalimat serta alinia per alinia selalu memikat menuju pada klimaks dan anti klimaks.
Usahakan statistiknya bergaya enak, lancar dan luwes seperti pada penulisan novel atau cerpen. Bedanya dengan cerpen atau novel, materi dalam feature adalah faktual dan bukan fiktif. Penggunaan bahasanya tak terlalu obral bunga kata sebagaimana tulisan fiktif, tetapi tetap bersahaja, sederhana dan mudah dipahami. Dalam beberapa hal yang eksklusif bisa saja ,mengggunakan bahasa prokam atau bahasa popular tetapi harus bisa menempatkannya dalam teknik penulisan yang benar. Kecuali jika merupakan kutipan langsung omongan seseorang (quotation).
Pembuatan judul perlu diperhatikan sebab judul yang unik dan menarik akan merangsang pembaca untuk meneruskan pada tubuh features. Perhatikan juga pembuatan lead (intro) sebab dengan intro yang memikat orang tak terlalu menggronjal memasuki tubuh feature. Jika materi feature terlalu berat gunakan intro yang ringan, sebaliknya jika isinya ringan cari intro yang pelik dan serius.
Isi dan tubuh featrure penulisannya harus mengikuti sistem blok, subtiteling (sub chapter) dan dari alinia ke alinia berikutnya harus menggambarkan kerangka pikiran yang runtut (sistematis) dan berkesinambungan (continuity) serta diselingi klimaks dan antiklimaks agar memikat pembacanya. Alur pikiran yang ditawarkan harus lancar, tak tersendat-sendat, sehingga tak merasa sambil guyon parikeno pembaca kita giring ke arah klimaks yang kita kehendaki.
Jangan lupa dalam membuat penutup atau kuncinya cari kalimat yang khas dan menyimpul, tetapi bisa juga dibuat akhir yang menggantung. Suatu ending yang tanpa akhir sehingga menggelitik pembaca menjadi penasaran tapi puas setelahnya. Ushakan setelah membaca akhir tulisan feature, pembaca merespon dengan reaksi apakah dia menjadi manggut-manggut, geleng kepala atau bangkit sambil menyumpah serapah. Penutup yang isinya kesimpulan atau sumary ending, ini sudah tak lucu lagi karena berkesan menggurui pembacanya. Tulisan semacam ini dianggap telah menyita hak refleks dari pembaca dalam mengomentari tulisan feature. Setiap orang tak mau digurui apalagi kelangan intelektual.
Jenis Feature
1. Sketsa human interest, yakni sketsa kejadian sehari-hari yang menarik perhatian;
2. Sketsa kehidupan orang-orang yang menarik (personality features);
3. Sketsa tentang cerita dibalik berita. Mengapa orang Samin tak mau ikut pemilu?
4. Interpretatife features, feature yang mengupas dan membahas sesuatu yang sedang aktual yang terjadi di masyarakat saat itu. Misalnya soal larangan berjilbab;
5. Sketsa perjalanan atau reportase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar