Senin, 01 Maret 2010

PENTINGNYA “ICE BREAKERS” DALAM PEMBELAJARAN

Pembelajaran di kelas merupakan makanan pokok bagi seorang guru, namun pernahkan kita (para guru) bertanya pada diri sendiri untuk apa sajakah kita menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas? Untuk sekedar ceramah dalam rangka menyampaikan materi pelajaran, memberikan banyak tugas buat siswa atau mencatat dan membacakan buku ajar tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Memang dalam beberapa argument hal ini bisa kita pahami karena guru mempunyai target kurikulum yang harus selesai dan disampaikan kepada siswa dalam kurun waktu yang relatif singkat. Tidak banyak para guru yang memberikan ice breakers (pemecah kebekuan) atau dengan istilah lain “jeda ditengah materi pelajaran yang sedang disampaikan”.

Padahal melakukan ice breakers ditengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting. Ice breakers atau pemecah kebekuan lebih sering dipakai pada saat penataran atau diklat saja, yang memang pesertanya adalah orang-orang dewasa yang cepat mengalami kelelahan dan kejenuhan serta lemah dalam proses penyimpanan memori. Sehingga ice breakers di sini dimanfaatkan untuk menyegarkan suasana belajar, menghilangkan kejenuhan, rasa kantuk yang memang sangat mudah menyerang orang-orang dewasa.

Lalu pernahkah terpikirkan oleh kita sebagai seorang guru menerapkan ice breakers dalam kegiatan pembelajaran? Bila belum, marilah kita coba. Lalu, bagaimana ice breakers dapat meningkatkan penyimpanan memori?

Kalau kita cermati pada awalnya grafik tingkat daya serap siswa terhadap apa yang disampaikan guru cukup tinggi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa menit kemudian terjadilah penurunan memori atau tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Pada saat inilah merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ice breakers. Karena pada saat itu  siswa telah mengalami kejenuhan sehingga sangat membutuhkan penyegaran untuk mengembalikan potensi atau kemampuan dalam menangkap pelajaran secara maksimal. Ice breakers dapat dilakukan dengan berbagai macam cara atau permainan termasuk melucu.

Menurut The Encyclopedia of Ice Breaker terbitan University Associates Inc, bentuk ice breakers ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action song), sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan fikiran. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan “brain gym” (senam otak). Bila sekolah dilengkapi dengan LCD dan laptop, kita bisa menampilkan presentasi, video, animasi yang bisa membangkitkan minat dan motivasi siswa.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep memori yakni, Pertama, teori interferensi yang menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingati.

Kedua, teori kemerosotan atau “decay theory” yang menjelaskan sebab-sebab mengapa manusia dapat melupakan sesuatu. Menurut “decay theory” sebab-sebab itu terdiri atas dua jenis yakni interferensi proaktif dan interferensi retroaktif. Interferensi proaktif terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya mengganggu pengingatan kembali suatu hal yang dipelajari kemudian. Ini dapat menjadi bermasalah ketika informasi yang baru tidak dapat digunakan dengan benar akibat diganggu informasi lama. Interferensi retroaktif adalah kebalikan dari interferensi proaktif, di mana informasi baru menggangu informasi lama.

Akhirnya dengan mempertimbangkan beberapa teori yang terkait dengan konsep memori atau penurunan daya tangkap otak dan pentingnya manfaat ice breakers. Maka perlu sekiranya para guru dalam setiap kegiatan belajarnya dapat menyisipkan sedikit waktunya untuk memberikan ice breakers. Ice breakers yang dilakukan tidak perlu lama-lama.  Dengan menyisipkan ice brekaers dalam setiap pembelajaran diharapkan daya tangkap siswa dapat lebih maksimal dan suasana belajar di kelas pun menjadi selalu segar.

 Oleh : Nur Miftahul Fuad, S.Pd., M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar