Senin, 01 Maret 2010

PERAYAAN MAULUD NABI MUHAMMAD SAW

Sesungguhnya kelahiran nabi  ke dunia ini, merupakan nikmat sangat  agung. Bagaimana tidak, dengan kelahiran beliau berarti lahirlah seorang nabi yang penuh kasih dan berjasa besar dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan masa jahiliyah menuju Islam yang keindahan cahayanya dapat kita rasakan hingga detik ini. “Sungguh Allah memberi karunia kepada orang – orang yang beriman ketika Alloh mengutus di antara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri,yang membacakan kepadda mereka ayat – ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajar kepada mereka al – kitab dan al – Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi)itu,mereka adalah benar – benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imron (3) : 164)

Maulid Nabi Muhammad SAW berasal dari kata Maulid Nabi atau Maulud saja, adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat  Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Ada riwayat tapi dhoif sebuah teks hadist yang artinya : “Barangsiapa yang merayakan hari kelahiranku, maka aku akan menjadi pemberi syafaatnya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menginfakkan satu dirham untuk maulidku maka seakan – akan dia telah gunung emas di jalan Allah.”

Sejarah Perayaan Maulid Nabi

Adapun dari segi matan hadist, bagaimana hadist ini shohih padahal perayaan maulid nabi tidaklah dikenal pada zaman Nabi Muhammmad Saw, para sahabat, para tabiin dan tabiut tabi’in. Bahkan hal tersebut juga tidak di kenal di kalangan Imam – imam mazhab: Abu hanifah, Malik, Ahmad, dan Syafi’i sekalipun.

Ada beberapa versi mengenai asal – mula peringatan maulud nabi Muhammad SAW,yang berkembang di masyarakat. Versi pertama, Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib. Versi yang kedua – menurut pakar sejarah – yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun.

Peringatan Maulid Nabi adalah tradisi umat  Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah. Ia sama sekali tidak bertentangan dengan  Islam. Jika ia salah atau sesat, niscaya seluruh dunia  Islam tidak mentradisikannya. Sungguh sangat naif, jika ada orang yang membid’ahkannya hanya semata-mata karena Nabi tidak menyelenggarakannya atau tidak ada pada masa Nabi. Ini adalah pandangan yang sangat kerdil dan picik. Jika pandangan tersebut diterima secara luas, niscaya peradaban  Islam akan berhenti, lalu mati. Maka upaya-upaya sebagian orang untuk menghentikan tradisi ini sama artinya dengan membunuh peradaban umat manusia. “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat Allah memberikan penghormatan kepada Nabi Muhammad.Wahai orang-orang yang beriman, hormati, muliakanlah dan doakan keselamatan atasnya sungguh-sunguh”.(Q.S. al-Ahzab [33]:56.)

Di Turki, masjid-masjid dihiasi dengan lampu-lampu. Di Mesir, para penguasa Mamluk, perayaan besar-besaran untuk memperingati Maulud diselenggarakan di pelataran benteng Kairo. (Baca : Annemarie, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah). Di sebagian negara berpenduduk besar muslim, hari itu diperingati dengan menyalakan obor di jalan-jalan sambil pawai mengelilingi kota. Hampir semua kaum muslimin di dunia, kecuali para pengikut Ibnu Taimiyah yang setia, tidak pernah melaksanakan tradisi ini. Ibnu Taimiyah, tokoh  Islam paling ortodoks, memandang perayaan Maulid Nabi sebagai bid’ah, mengada-ada. Pandangan ini kemudian diteruskan dengan semangat  Islam yang radikal oleh Muhammad bin Abdul Wahab, ulama terkemuka kelahiran Nejd, Saudi Arabia, 1703-1791. Para pengikutnya hari terus menyebarkan ajaran “maulid Nabi sebagai praktik keagamaan yang sesat”. Pandangan ini ditolak sebagian besar dunia muslim.

Di Indonesia, perayaan maulid Nabi diselenggarakan di surau-surau, masjid-masjid, majlis ta’lim dan di pondok-pondok pesantren dengan beragam acara, antara lain ; khitanan masal dan berbagai perlombaan. Malam hari tanggal 12 Maulid merupakan puncak acara. Biasanya mereka membaca sirah nabawiyah.  Salah satu puisi maulid Nabi saw ditulis oleh Syeikh Barzanji. Tradisi Mauludan paling megah dan biasanya dihadiri ratusan ribu orang diadakan di Kraton-Kraton di Jawa. Sejak menteri Agama K.H. Wahid Hasyim, peringatan Maulid Nabi dijadikan sebagai hari libur Nasional dan diperingati di Istana negara. Tahun-tahun terakhir peringatan ini diadakan di Masjid Istiqlal dan dihadiri oleh Presiden.

Memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw atau yang biasa disebut dengan Mauludan juga dirayakan oleh seluruh umat  Islam di Indonesia. Di Jogjakarta, masyarakat merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw dengan ngrayah (berebut) gunungan dari pihak keraton yang biasanya berisi makanan jajanan pasar dan hasil bumi, sedangkan di Gowa, persembahan dalam Maulid berupa sengkolo (Nasi ketan yang umumnya diberi warna kuning dengan menggunakan kunyit) dan telur yang ditempatkan dalam wadah yang dihias dengan bunga-bunga kertas.

Di Solo, Maulud Nabi Muhammad dirayakan oleh masyarakat solo dengan nama Gunungan Sekaten. Gunungan sendiri merupakan representasi dari kekayaan hasil bumi. Gunungan “estri” berisi beras yang sudah dipadatkan, dan gunungan “kakung” berisi sayur-sayuran. Berbeda dengan tempat lain, Mauludan yang dilaksanakan di Serang atau Banten, berbentuk karnaval. Setiap kelompok masyarakat atau sedesa, kecamatan, dan sebagainya membawa atau membuat yang biasa disebut dengan Panjang Maulud. Bentuk Panjang Maulud ini bermacam-macam dan bervariasi, tergantung bagaimana kreatifitas masyarakat. Ada yang dipanggul dengan empat atau dua orang dan ada yang menggunakan kendaraan beroda empat.

Acara yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat diseluruh Indonesia, yang berbeda – beda perayaannya dan namanya, tetapi pada substansinya adalah sama: yaitu menghormati, mengenang kelahiran Nabi Muhammmad Saw, yang merupakan revolusioner umat dari jaman jahiliyah menuju zaman yang beradab. Sebagai aktualisasi cinta kita kepada Rosul kita seharusnya kita mengikuti beliau, menjalankan perintahnya, menghidupkan sunnahnya secara dhohir dan batin, menyebarkan ajarannya dan berjihad untuk syiar agama isalm baik semua tangan, hati, dan lisan, merupakan tugas kita sebagai generasi muda melanjutkan perjuangan beliau, dan memperbaiki diri kita menjadi manusia yang semakin lebih baik dari hari ke hari.

 

* Disarikan dari berbagai sumber

Oleh : Laili paulina CN. Spd.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar